Selasa, 21 Juni 2011

kami mampu berkarya... jika diberi kesempatan...

Semangat... semangat...
Betapa berat jika harus memperjuangkan kehidupan dengan kondisi yang kami miliki....
... itu kata orang-orang di luar sana lho... 

bukan karena keterpaksaan tapi kemampuan

Tubuh kami memang tidak sempurna, tapi kami mampu berpikir untuk lebih sempurna...

Hidup kami harus tetap ke pencapaian sempurna...walau sebenarnya yang normal dan utuhpun masih belum sempurna... 

kami juga harus terus berjuang untuk mengejar kesempurnaan itu... 


 
walau sebenarnya yang punya kesempurnaan itu hanya Allah SWT semata... 
kami ingin lebih layak sebagai manusia yang diberi kesempurnaan dan  kehidupan  oleh-Nya...

Ternyata formulanya semangat.... semangat ... dan semangat...

karya kami

ayo semangat... semangat...semangat...!!!

Sabtu, 11 Juni 2011

Alhamdulillah...

Tak terasa perjalanan pembangunan sarana tinggal untuk anak-anak
60% sudah terwujud...
... terima kasih Ya Allah,  telah Engkau ijinkan kami mewujudkannya....

harapan kami

lantai 1




lantai 2



















Ya Allah ijinkan kami menyelesaikannya dgn baik...
Saat ini kami terhenti karena  menunggu suport... suport....suport...
Ya Allah perkenankanlah pembangunan ini selesai dengan baik...
sebaik manfaatnya bagi kami dalam berkarya...



Sabtu, 04 Juni 2011

...kata Bundaku ... ibu Tunah Badowi


December 20, 2010

Bpk. Badowi dan Ibu Tunah
" Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" . Pepatah itu terasa lekat pada kehidupan seorang Titik Winarti. Sang ayah, dulunya juga seorang pengusaha kayu. “Almarhum ayah Titik dulu membuka usaha permebelan dan juga merekrut orang-orang dari desa, beberapa diantara mereka juga ada yang cacat,”ucap Ny. Tunah, ibunda Titik.
Wanita berusia 60 tahun ini menuturkan, kehidupan yang ia jalani dulu juga tak berbeda dengan yang dialami oleh Titik Winarti sekarang. Dulu puluhan karyawannya juga tinggal satu rumah dengan keluarganya. “Saya saat itu setiap hari membuat masakan untuk 40 orang karyawan yang tinggal di rumah saya,”imbuh Ny.Tunah. Semua itu dilakukan sang ayah dengan ikhlas. Karena hampir semua karyawannya berasal dari luar kota, puluhan karyawan itu pun ditampung di rumah keluarga Ny.Tunah.


Sejak kecil anak-anak Ny.Tunah terbiasa hidup dengan kondisi itu. Mereka belajar berempati dan berdisiplin dengan puluhan karyawan, yang diantaranya ada yang menjadi penyandang cacat. 
Ayah Titik adalah pribadi yang disiplin dan demokratis. Ia punya prinsip yang begitu kuat. Ia gemar menolong orang. Ketika merekrut karyawan, ayah Titik tidak mencari yang memiliki pendidikan tinggi, namun mencari yang mau belajar dan bekerja sungguh-sungguh.
Kata Ny.Tunah, para karyawan benar-benar belajar dari nol. Bahkan ketika mereka sudah mahir, sang ayah tak pernah menghalangi ketika karyawannya ingin buka usaha mandiri, berbekal pengalaman yang didapat selama bekerja dari ayah Titik Winarti. “Bapak itu bangga kalau karyawannya bisa usaha sendiri. Ia tidak pernah menghalangi bahkan selalu mendukung,”ucap Ny.Tunah.

Dalam mendidik anak-anaknya, Ny. Tunah selalu berupaya untuk mendidik dengan menggunakan contoh perbuatan, bukan sekedar kata-kata kosong. Melalui contoh perbuatan yang nyata, pelajaran budi pekerti yang diajarkan akan tembus ke hati, tidak sekedar menempel di otak. Ketika merasakan dan menerapkannya dengan hati, pelajaran itu akan terpatri dalam naluri. Abadi. 
Itulah yang dirasakan oleh Titik Winarti. “ Saya kadang tidak sadar bahwa apa yang saya lakukan sekarang ini adalah yang dicontohkan oleh kedua orang tua saya. Keikhlasan yang mereka tanamkan pada anak-anaknya sangat terasa, dan rasanya sudah mengakar, tak sekadar menempel di otak. Itu yang saya rasakan dan tanpa saya sadari saya sering mencontoh keikhlasan yang diajarkan ayah saya,”ungkap Titik Winarti.


Sejak kecil Titik memang memiliki kelebihan yang menonjol jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, keseharian Titik memang tak jauh beda dengan anak-anak sebayanya. Namun satu yang istimewa, Titik adalah sosok anak yang sangat kreatif. Ketika mendapat uang saku dari orang tuanya, Titik jarang menggunakan uang itu untuk jajan. Ia justru lebih suka membelanjakan uangnya untuk membeli alat-alat keterampilan. Setiap pulang sekolah, Titik kecil selalu asyik dengan berbagai hasta karyanya. Menurut sang ibunda, Titik kecil punya bakat melukis yang luar biasa. Ia sering didapuk mengikuti lomba melukis, dan kerap lolos sebagai pemenang. Sang ibu pun sangat paham akan bakat yang dimiliki oleh putrinya. Ia pun membiarkan ketika anak keduanya itu sering asyik membuat hasta karya.
Titik Winarti(2) - Eri Kusmiati (3) - Budi Winarko (1) - Hendri Wahyudi (4)

. “Saya biarkan anak-anak saya berkembang sesuai bakatnya. Dan alhamdulillah, mungkin karena mencontoh sang ayah, empat anak saya sekarang jadi pengusaha semua,”tutur Ny.Tunah. Ketiga anak Ny.Tunah yang lain saat ini memang berwirausaha di bidang masing-masing. Anak pertama menggeluti bisnis interior, anak ketiga tengah membesarkan bisnis garment nya, dan anak keempat kini menggeluti bisnis digital printing. Ketiga anak tersebut saat ini tinggal di Denpasar, Bali. Berkat mereka juga usaha Titik banyak dikenal di Denpasar. Banyak buyer asing yang order handycraft ke Titik melalui saudara-saudaranya itu. Tak hanya itu, sejumlah karyawan Titik pun ada  yang direkrut oleh sang adik untuk bekerja di Denpasar.


Satu hal yang juga selalu ditanamkan oleh orang tua Titik Winarti. Sang Ayah selalu mengajarkan bahwa dalam setiap peristiwa yang dilalui pasti ada hikmah yang bisa diambil. Itu pula yang dirasakan Titik ketika Tiara Handycraft hampir tutup gara-gara sempat ditinggal semua karyawannya dulu. Titik pun merenung, dan dia yakin ada banyak hikmah yang tersimpan dari peristiwa keluarnya para karyawan tersebut.
Benar saja, seorang karyawannya yang bernama Kardoyo, membangkitkan semangat Titik Winarti dan kini berkat kerja kerasnya bersama puluhan karyawannya yang notabene adalah penyandang cacat, usaha Titik bangkit kembali dan tumbuh semakin besar. “Satu pelajaran yang selalu bapak saya tanamkan memang sangat terasa ketika saya mengalami masalah. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa kehidupan yang kita alami

Jika saja saat itu semua karyawan saya tidak keluar, mungkin sampai saat ini mata saya tidak terbuka bahwa kita bisa melakukan hal yang lebih untuk orang-orang yang butuh kepedulian kita, seperti para penyandang cacat itu,”ucap Titik. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk kehidupan. Itulah jalan yang ingin diretas oleh Titik Winarti. Laba terbesar yang ia dapatkan bukanlah uang, atau sekedar materi tak abadi, namun lebih dari itu, kepuasan batin. Kepuasan batin saat melihat karyawannya mampu berdikari. Kebahagiaan hati ketika ia dan keluarga bisa belajar berempati dan bersyukur pada Sang Ilahi. Kepuasaan itu adalah berbisnis untuk akhirat. (Wnd)

Source : http://windakomunikasi.wordpress.com/2010/12/20/ny-tunah-ibunda-titik-keikhlasan-itu-dibangun-oleh-sang-ayah/


Titik dan Ibu Tunah Badowi

...Sebuah keputusan...


TiARA handicraft   ...dulu...
Ketika harus memutuskan ... sangatlah sulit untuk memulainya...
Kemarin sangatlah tidak terbayangkan bakalan jadi seperti saat ini...
Tanpa terasa aku sudah pernah memutuskan pilihan perjalananku...untuk TiARA ku...



 1996 seperti ini kondisinya dengan 8 orang tenaga kerja
5 remaja putus sekolah
3 penyandang cacat



 melakukan aktivitas bersama terik matahari di teras... jika hujan harus berhenti karena saputan air turut masuk ...terlebih jika angin kencang... basah....


Perubahan telah terjadi  ...
dari perkembangan dan juga pasang surut semangat ... TiARA handicraft  memperjuangkan keberadaannya untuk suatu kebutuhan yang tidak semua orang berkenan menerimanya...

 untuk mereka  TiARA handicraft  ada... hingga hari ini...